Sabtu, 08 Januari 2011

SYARAT KENAIKAN TINGKAT

SYARAT KENAIKAN TINGKAT

PENGHELA I (TARUNA)

GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

MADRASAH MU’ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

No

Materi Tingkatan

Tanggal

Paraf

1

Minimal telah berusia 16 tahun dan telah menjadi tamu penghela selama dua bukan



2

Mengerti Rukun Iman dan Rukun Islam, serta hal yang dapat merusaknya



3

Mengerti peraturan Sholat lima waktu, Jum’at, Ied dan syarat sahnya Sholat berjama’ah



4

Mengerti tiga tingkatan najis dan cara mensucikannya



5

Dapat berthahara dari hadast besar dan hadast kecil



6

Dapat menerangkan sejarah singkat tarikh Nabi Muhammad saw, terutama mengenai Isra’ Mi’raj dan Hijrah Nabi



7

Faham Azas dan Tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan



8

Faham dan mengerti Janji dan Undang-undang Pandu Hizbul Wathan, dan berusaha melaksanakannya dalam masyarakat



9

Sanggup berbakti demi kepentingan Islam, Muhammadiyah dan Hizbul Wathan



10

Tahu penyakit rakyat yang terpenting dan pencegahannya



11

Faham dan tahu kesehatan dalam perjalanan



12

Pernah berkemah minimal 4 hari berturut-turut



13

Dapat membaca peta topografi



14

Dapat membuat peta countur (menyalin dari topografi ke countur)



15

Tahu dan faham alat-alat komunikasi lapangan



16

Tahu dan faham alat- alat komunikasi elektronik



17

Tahu cara menggunakan tali dalam mountenering



18

Tahu atribut dalam Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan



19

Tahu sejarah Hizbul Wathan dan sejarah kebangkitan kembali Hizbul Wathan



20

Tahu struktur organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan



21

Melakukan renungan jiwa/ muhasabah ketika akan dilantik




Dilantik menjadi Penghela Tingkat I (TARUNA)

Pada Upacara Pelantikan

Dilaksanakan pada,

hari/ tanggal :..............................................................

waktu :..............................................................

tempat :..............................................................

Dilantik oleh,

nama :..............................................................

jabatan :..............................................................

Fastabiqul Khairat

Tertanda,

Pealantik

__________________________

Kamis, 14 Oktober 2010

Musyawarah Dewan Ekskutif Penghela 2009 - 2010

Alhamdulillah...pada tanggal 14 - 15 Oktober 2010 bertempat di Aula Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, Dewan Ekskutif Penghela, Qobilah Ki Bagus Hadikusuma, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan, Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta melaksanakan satu agenda rutin yaitu Musyawarah Dewan Ekskutif Penghela masa jabatan 2009 - 2010.
pada MusyDEP ini, pengurus periode sebelumnya memberikan laporan pertanggung jawaban selama satu tahun lalu. Selanjutnya, ditentukan pemimpin dan pengurus. selain itu, para pandu Hizbul Wathan juga diajarkan cara bermusyawarah, berbicara didepan umum, berorganisasi.
semoga pemimipin dan pengurus periode mendatang menjadi pemimpin yang mampu mengemban amanah dan memajukan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
selamat bekerja dan selamat menjalan amanah...
Bina Diri, Bakti Insani, Abdi Ilahi.
fastabiqul khairat!

Kamis, 10 Desember 2009

GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN

A. Pendahuluan
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan Gerakan Islam dan Da’wah Amar Ma’ruf nahi Munkar, beraqidah Islam, bersumber pada Al Qur’an dan As Sunnah, bertujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bergerak dalam segala bidang kehidupan, antara lain bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial ekonomi.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan sebagai organisasi otonom, memiliki tugas mengemban visi dan misi Muhammadiyah dalam pendidikan anak, remaja dan pemuda, sehingga mereka menjadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.
Sebagai suatu gerakan, setiap anggota Hizbul Wathan berarti memiliki tugas dan tanggungjawab untuk ikut serta secara aktif mengamalkan dan menyebar-luaskan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
Hizbul Wathan sendiri memiliki arti Pembela Tanah Air. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota memiliki jiwa dan semangat nasionalisme yang tinggi, sehingga sanggup untuk membela dan mempertahankan tanah air Indonesia dari segala hal yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatannya.

B. Sejarah Singkat Berdirinya
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan didirikan di Yogyakarta pada tahun 1336 H/1918 M. Namun pada tahun 1943 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibubarkan oleh pemerintah penjajahan Jepang.
Pada tanggal 29 Januari 1950 M. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan bangkit kembali dengan berbagai perubahan. Namun berdasarkan surat keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 238/61 tanggal 9 meret 1961 M. bersama dengan organisasi kepanduan lainnya, Gerkan Kepanduan Hizbul Wathan dilebur menjadi Pramuka, sebagai satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia.
Dan pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H. bertepatan dengan tanggal 18 November 1999 M. oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan dibangkitkan kembali untuk kedua kalinya, dengan surat keputusan nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 dan dipertegas dengan surat keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 10/Kep/I.O/B/2003.

C. Asas, Maksud dan Tujuan
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berasaskan Islam. Sedangkan maksud dan tujuannya adalah menyiapkan dan membina anak, remaja, dann pemuda menjadi manumur muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

D. Metode Pendidikan
Kepanduan Hizbul Wathan adalah sistem pendidikan di luar keluarga dan sekolah untuk anak, remaja dan pemuda. Dilakukan di alam terbuka dengan metode yang menarik, menyenangkan dan menantang, dalam rangka membentuk warga negara yang berguna dan mandiri.
Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan adalah Kepanduan Islami, artinya dalam upaya menanamkan aqidah Islamiyah dan membentuk akhlaq mulia kepada peserta didik dilakukan dengan metode kepanduan.
Ciri khas Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan ada dalam prinsip dasar dan metode pendidikannya , yaitu:
  1. Pengamalan aqidah Islamiyah.
  2. Pembentukan dan pembinaan akhlaq mulia menurut ajaran Islam.
  3. Pengamalan kode kehormatan pandu.
  4. Pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu.
  5. Kegiatan dilakukan di alam terbuka.
  6. Pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang.
  7. Penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan.
  8. Sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.
  9. Tidak terkait dan berorientasi pada partai politik atau golongan tertentu.

E. Usaha
Dalam mencapai maksud dan tujuan yang telah diterangkan di atas, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan berusaha :
  1. Mengembangkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan di seluruh Indonesia.
  2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan kepanduan bagi anak, remaja, dan pemuda muslim.
  3. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk para pelatih, pimpinan, dan pemimpin anak didik.
  4. Menyelenggarakan pendidikan kepanduan Islami.
  5. Mengadakan kerjasama kelembagaan di dalam dan di luar negeri.
  6. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.

F. Keanggotaan dan Keorgansisasian
Anggota Kepanduan Hizbul Wathan adalah warga negara Republik Indonesia, beragama Islam, yang terdiri dari :
1. Anggota Biasa adalah peserta didik putera dan puteri yang dikelompokkan menjadi:
a. Athfal : berumur 6 sampai 10 tahun
b. Pengenal : berumur 11 sampai 16 tahun
c. Penghela : berumur 17 sampai 20 tahun
d. Penuntun : berumur 21 sampai 25 tahun

2. Anggota Pembina adalah mereka yang tugas utamanya memimpin dan atau melatih peserta didik serta mengelola dan atau memimpin Kwartir atau Qabilah. Anggota pembina terdiri dari pelatih, Instruktur, Pemimpin Satuan, dan Pimpinan Kwartir atau Qabilah.

3. Anggota Kehormatan adalah para pecinta Kepanduan Hizbul Wathan, yang karena usia, kesehatan, atau kesibukan kerja tidak dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepanduan. Anggota Kehormatan terdiri dari:
a. Pandu Wreda Hizbul Wathan dan Pandu Wreda Nasyiatul ‘Aisyiyah.
b. Orang yang berjasa dalam pengembangan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan.
c. Simpatisan Kepanduan Hizbul Wathan.

Jenjang organisasi Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan diatur sejajar dengan jenjang organisasi di Persyarikatan Muhammadiyah, sebagai berikut:
1. Di tingkat PP Muhammadiyah disebut Kwartir Pusat
2. Di tingkat PW Muhammadiyah disebut Kwartir Wilayah
3. Di tingkat PD Muhammadiyah disebut Kwartir Daerah
4. Di tingkat PC Muhammadiyah disebut Kwartir Cabang
5. Di tingkat PR Muhammadiyah disebut Qabilah

PPPK

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)

PENDAHULUAN
1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman :
a. Kewajiban diri untuk mengamalkan kode kehoramatan pramuka
b. Kepeduliannya terhadap masyarakat/orang lain
c. Kepeduliannya terhadap usaha meningkatkan citra Gerakan Pramuka di masyarakat

2. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan merupakan seperangkat ketrampilan dan pengetahuan kesehatan yang praktis dalam memberikan bantuan pertama kepada orang lain yang sedang mengalami musibah, antara lain pada pasien yang :
a. Berhenti bernafas
b. Pendarahan parah
c. Shok
d. Patah tulang

3. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Pengetahuan Praktis tentang Kesehatan merupakan alat pendidikan bagi para pramuka sesuai selaras dengan perkembangannya agar mampu menjaga kesehatan dirinya dan keluarga serta lingkunganny, dan mempunyai kemampuan yang mantap untuk menolong orang lain yang mengalami kecelakaan.

MATERI PEMBAHASAN

1. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

A. P3K bagi pasien yang berhenti bernafas
Kalau seseorang tiba-tiba napasnya berhenti, apapun latar belakangnya, harus segera dilakukan nafas buatan.
Cara yang paling praktis dan efisien untuk menyelamatkan nyawa orang tersebut adalah dengan jalan : meniupkan nafas ke paru-paru korban.
Langkah-langkah pertolongan dengan napas buatan dari mulut ke mulut/hidung sebagai berikut :
1) Kepala korban diletakkan dengan posisi dagu mendongak ke atas
2) Rahang ditarik sampai mulut terbuka
3) Penolong membuka mulut lebar-lebar dan ditempelkan ke mulut korban rapat-rapat dan pencet hidung atau tutup hidung korban dengan pipi, atau dapat juga dengan jalan tutup mulut korban rapat-rapat selanjutnya penolong menempelkan mulutnya ke hidung korban dan meniupnya.
4) Tiup ke mulut/hidung korban, kepada :
  • Orang dewasa secara teratur dan kuat ditiupkan 12 kali tiupan pada setiap menit.
  • Anak-anak ditiupkan 20 kali tiap menit

B. P3K bagi korban Sengatan Listrik
1) Penolong hendaknya berdiri di atas karet, karton, papan, atau karpet yang dalam keadaan kering

2) Gunakan tongkat kering/papan kering untuk menarik atau mendorong kawat beraliran listrik yang menempel pada tubuh korban

3) Setelah kontak dengan aliran listrik tiada lagi, selanjutnya segera dilakukan nafas buatan sampai bantuan medis datang

C. P3K bagi pasien yang menderita pendarahan parah
1) Luka hendaknya ditutup kain kasa kompres yang steril, selanjutnya kain kasa kompres tersebut ditekan kuat-kuat dengan tangan sampai pendarahan berhenti.
Untuk menutup luka biasa juga menggunakan bahan yang bersih lainnya, misalnya kasa steril, saputangan bersih lainnya, handuk atau sobekan sprei yang semuanya sudah dicuci dan disetrika.
Kalau tidak tersedia peralatan yang steril, jangan ragu-ragu lagi menggunakan baju kotor atau tangan telanjang untuk menekan bagian yang luka agar darah tidak terus menerus mengucur karena kehilangan darah dari tubuh korban lebih berbahaya daripada resiko infeksi.

2) Luka yang sudah berdarah tidak boleh dibersihkan karena pendarahan akan membersihkan luka itu sendiri, yang boleh dibersihkan adalah kulit di sekitar luka, dengan air sabun atau air ledeng biasa atau air yang sudah dimasak.

3) Pada semua kasus pendarahan serius, penderita selalu diancam shok, untuk itu diselimuti dan letakkan penderita pada posisi yang paling menyenangkan dan semua yang mengikat pada tubuh harus dilepaskan termasuk ikat pinggang.

D. Pertolongan Pertama Mengurangi Shok
1) Setiap kecelakaan, kebakaran, keracunan yang parah, sering kali disertai dengan shok baik ringan atau parah, bahkan sampai fatal, karena shok merupakan reaksi tubuh yang ditandai oleh melambatnya atau terhentinya peredaran darah dan berakibat penurunan persediaan darah pada organ-organ penting.

2) Tanda-tanda Shok
  • Denyut nadi cepat tapi lemah
  • Merasa lemas
  • Muka pucat
  • Kulit dingin, keringat dingin di kening dan telapak tangan,kadang pasien menggigil
  • Merasa haus
  • Merasa mual
  • Nafas tidak teratur
  • Tekanan darah sangat rendah

3) Pertolongan Pertama Mengurangi Shok antara lain dilakukan dengan cara :
  • Menghentikan pendarahan
  • Meniadakan hambatan-hambatan pada saluran nafas
  • Memberi nafas buatan
  • Menyelimuti dan meletakkan penderita pada posisi yang paling menyenangkan

4) Langkah - langkah Pelaksanaan Pertolongan Pertama Mengurangi Shok :
  • Baringan korban dengan posisi kepala sama datar atau lebih rendah dari tubuh, dengan tujuan untuk menambah aliran darah ke jantung dan otak.Bila kaki tidak patah, tungkai dapat ditinggikan 30-45 cm di atas posisi kepala.
  • Selimuti pasien dan hindarkan dari lantai serta udara dingin
  • Usahakan pasien tidak melihat lukanya
  • Pasien/penderita yang sadar, tidak muntha dan tidak mengalami luka di perut, dapat diberi larutan shok yang terdiri dari :
  1. 1 sendok teh garam dapur
  2. ½ sendok teh tepung soda kue
  3. 4-5 gelas air
  4. dan bisa juga ditambah air kelapa/kopi kental/teh
  • perlakukan pasien dengan lemah lembut, sebab rasa nyeri akibat penanganan yang kasar bisa menjerumuskan korban pada shok yang lebih parah.Cepat-cepat panggil dokter

e. P3K patah tulang
  • Tanda-tanda patah tulang
  • Penderita tidak dapat menggerakkan bagian yang luka
  • Bentuk bagian yang terkena tampak tidak normal
  • Ada rasa nyeri kalau digerakkan
  • Kulit tidak terasa kalau disentuh
  • Pembengkakkan dan warna biru di sekitar kulit yang luka

2) Pedoman umum pertolongan pertama terhadap patah tulang
  • Pada umumnya patah tulang tidak pernah sebagai kasus darurat yang membutuhkan pertolongan segera, kecuali demi penyelamatan jiwa korban. Sebaiknya jangan menggerakkan atau mengganggu penderita, tunggu saja sampai dokter atau ambulans datang.
  • Kalau korban harus dipindahkan dari tempat yang membahayakan, pindahkan korban dengan cara menarik tungkai atau ketiaknya, sedang tarikannya harus searah dengan sumbu panjang badan
  • Kemudian lakukan memeriksa apakah ada luka-luka lainnya :
  1. hentikan pendarahan serius yang terjadi
  2. usahakan korban terhindar dari hambatan pernapasan
  3. upayakan lalu lintas udara tetap lancar
  4. jika diperlukan buatlah nafas buatan
  5. jangan meletakkan bantal di bawah kepala, tapi letakkanlah di kiri kanan kepala untuk menjaga agar leher tidak bergerak
d) Kalau bantuan medis terlambat, sedang penderita harus diangkat, jangan mencoba memperbaiki letak tulang.
Pasanglah selalu pembelat (bidai) sebelum menggerakkan atau mengangkat penderita.


3) Macam-macam patah tulang dan pertolongan pertamanya


a) Patah lengan bawah Pergelangan Tangan
  • Letakkan perlahan-lahan lengan bawah tersebut ke dada hingga lengan membentuk sudut 90 derajat dengan lengan atas, sedang telapak tangan rata di dada
  • Siapkan 2 pembelat ( bidai ) yang dilengkapi dengan kain pengempuk, satu untuk membelat bagian dalam, sedang yang lain untuk membelat bagian luar
  • Usahakan pembelat merentang dari siku sampai ke punggung jemari
  • Aturlah gendongan tangan ke leher sedemikian rupa sehingga ketinggian ujung-ujung jari hanya 7,5-10 cm dari siku





b) Patah Tulang lengan Atas (siku ke bahu)
  • Letakkan tangan perlahan-lahan ke samping tubuh dalam posisi sealamiah mungkin
  • Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menempel perut
  • Pasang satu pembelat (bidai) yang sudah berlapis bahan empuk di sebelah luar lengan dan ikatlah dengan 2 carik kain di atas dan di bawah bagian yang patah
  • Buatlah gendongan ke leher, tempelkan ke lengan atas yang patah ke tubuh dengan handuk atau kain yang melingkari dada dan belatan (bidai)

c) Patah Tulang Lengan Bawah
Letakkan pembelat (bidai) berlapis di bawah telapak tangan, dari dekat siku sampai lewat ujung jemari.

d) Patah Tulang di paha
  • Patah tulang di paha sangat berbahaya, tanggulangi shok dulu dan segera panggil dokter
  • Luruskan tungkai dan tarik ke posisi normal
  • Siapkan 7 pembalut panjang dan lebar
  • Gunakan 2 pembelat papan lebar 10-15 cm yang dilapisi dengan kain empuk
  • Panjang pembelat untuk bagian luar harus merentang dari ketiak sampai lutut, sedangkan pembelat untuk bagian dalam sepanjang dari pangkal paha sampai ke lutut.

f. Pembalut dan Pembalutan
  • Pembalut
Macam-macam pembalut :
a) Pembalut kasa gulung
b) Pembalut kasa perekat
c) Pembalut penekan
d) Kasa penekan steril (beraneka ukuran)
e) Gulungan kapas
f) Pembalut segi tiga (mitella)
  • Pembalutan
a) Pembalutan segitiga pada kepala, kening
b) Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki
c) Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan
d) Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi




e) Pembalutan spiral pada tangan
f) Pembalutan dengan perban membentuk angka 8 ke tangan atau pergelangan tangan yang cidera.

Rabu, 09 Desember 2009

SEMAPHORE

Semaphore


Cara Cepat Menghafal Semaphore

MORSE

Tabel Morse




Cara cepat dan mudah menghafal morse


1. Gambar di atas terbagi menjadi dua bagian, kanan, dan kiri.
2. Cara membacanya dari atas ke bawah.
3. Blok putih menunjukkan kode titik ( . ) dan blok hitam kode strip ( - ).
4. Contoh : ( dibaca dari atas, ya ) putih-hitam-putih artinya 4 titik ( …. ) yaitu huruf “R”

Selasa, 03 Maret 2009

isyarat dan semboyan

ISYARAT DAN SEMBOYAN

Pengertian
Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan hubungan/ berkomunikasi dengan manusia lain. Komunikasi dapat diartikan mengadakan hubungan antara dua titik/ tempat/ pos/ stasiun atau lebih dengan maksud tertentu dan cara tertentu. Jadi, komunikasi merupakan sarana untuk menyampaikan maksud kehendak seseorang kepada orang lain secara baik dan benar.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari menggunakan semboyan yaitu menggantikan alat-alat hubungan lainnya, jika sesuatu dan lain hal alat tersebut rusak.
Manfaat dari isyarat adalah untuk memberi pengertian tanpa bicara.
Fungsi
Sebagai sarana penginderaan dini, sarana koordinasi, sarana administrasi dan logistik.
Sarana dan Prasana
• Listrik
 Telegrafi radio
 Telepon
 Telex
 Televisi
 Faximile
 Handy Talky
 Handphone
• Optis
 Kibaran Bendera
 Isyarat Lampu
 Bendera Tangan/ Semaphore
 Panel
 Pyro Teknik
• Akustik
 Bermacam-macam alat musik (bunyi-bunyian) yang dapat diatur irama bunyinya.
Metode Komunikasi
 Caraka
Metode ini lambat, tetapi merupakan sarana teraman dalam penyampaian.
 Kawat
Umumnya sarana ini disediakan oleh telkom. Korespondensi aman dilaksanakan, kecepatan terjamin. Jarak capai tergantung fasilitas sambung.
 Radio
Termasuk metode yang paling tidak aman, karena mudah disadap atau digangu oleh pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
 Optis
Jarak capai menggunakannya sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca.

Kamis, 16 Oktober 2008

Mountaineering

Mountaineering

Mountaineering, mungkin untuk para adventurer merupakan kata yang gak asing lagi didengar. Tapi, untuk orang yang biasa duduk di kantor-kantor munngkin kata ini merupakan hal yang baru. Mountaineering merupakan suatu kegiatan mendaki gunung, suatu perjalanan petualangan ke tempat-tempat yang tinggi .

Mountaineering dapat dibagi menjadi : Hill Walking, Rock Climbing dan Ice/Snow Climbing. Hill Walking merupakan perjalanan biasa melewati serangkaian hutan dan perbukitan dengan berbekal pengetahuan peta/kompas dan survival. Untuk Rock Climbing, medan yang dihadapi berupa perbukitan atau tebing di mana sudah diperlukan bantuan tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh atau untuk menambah ketinggian. Ice/Snow Climbing hampir sama seperti halnya dengan Rock Climbing, namun medan yang dihadapi adalah perbukitan atau tebing es/salju.

Dalam mountaineering terdapat 2 klasifikasi pembedaan, yaitu :

1. Pembedaan yang pertama adalah antara Free Climbing dengan Artificial Climbing.Free Climbing adalah suatu tipe pemanjatan di mana si pemanjat menambah ketinggian dengan menggunakan kemampuan dirinya sendiri, tidak dengan bantuan alat. Dalam Free Climbing, alat digunakan hanya sebatas pengaman, bukan sebagai alat untuk menambah ketinggian. Bedanya dengan Artificial Climbing, di mana alat selain digunakan sebagai pengaman, juga berfungsi untuk menambah ketinggian.

2. Pembedaan yang kedua adalah antara Sport Climbing dengan Adventure Climbing.Sport Climbing adalah suatu pemanjatan yang lebih menekankan pada faktor olahraganya. Dalam Sport Climbing, pemanjatan dipandang seperti halnya olahraga yang lain, yaitu untuk menjaga kesehatan. Sedangkan pada Adventure Climbing, yang ditekankan adalah lebih pada nilai petualangannya.

Peralatan dalam Mountaineering

1. Tali
Fungsi utama tali adalah untuk melindungi pendaki dari kemungkinan jatuh sampai menyentuh tanah (freefall).

Berbagai jenis tali yang digunakan dalam Panjat Tebing adalah :

v Tali serat alam

Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.

v Hawser Laid

Tali sintetis, plastik, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relatif lebih kuat dibanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah serta berat.

v Core dan Sheat Rope (Kernmantel Rope)

Tali yang paling banyak digunakan saat ini, terdiri dari lapisan luar dan dalam. Yang terkenal adalah buatan Edelrid, Beal dan Mammut. Ukuran tali yang umum dipakai bergaris tengah 11 mm, panjang 45 m. Untuk pendakian yang mudah, snow climbing, atau untuk menaikkan barang dipakai yang berdiameter 9 mm atau 7 mm. Tali ini memiliki sifat-sifat :

Ø Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.

Ø Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.

Ø Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.

Ø Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki jatuh, misalnya).

Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%.

2. Webbing (tali pita) dan Sling

Seringkali kita menyebut webbing sebagai sling atau sebaliknya. Webbing memiliki bentuk seperti pita, dan ada dua macam. Pertama lebar 25 mm dan berbentuk tubular, sering digunakan untuk :

Ø Harness (tali tubuh), swami belt, chest harness, atau

Ø Alat bantu peralatan lain, sebagai runners (titik pengaman), tangga (etrier) atau untuk membawa peralatan.

3. Carabiners (snapring, snapling, cincin kait)

Secara prinsip, carabiner digunakan untuk menghubungkan tali dengan runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh. Persyaratan yang harus dibuat oleh assosiasi pembuat peralatan panjat tebing mengharuskan carabiner dapat menahan bobot 1200 kilogram force (kp) atau sekitar 2700 pounds. Sedangkan beban maksimum yang diperbolehkan adalah sekitar 5000 pounds. Carabiner yang terbuat dari campuran alumunium (Alloy) ini sangat ringan dan cukup kuat, terutama yang bebentuk D. Carabiner yang terbuat dari baja mempunyai kekuatan yang sangat tinggi sampai 10.000 pounds tetapi relatif berat bila dibawa dalam jumlah banyak untuk suatu pendakian.

Bagian yang paling lemah dari carabiner adalah pin, carabiner bentuk D relatif lebih aman dibanding bentuk oval, karena terdapat cekungan yang memberi ruang bagi pin saat carabiner mendapat beban. Kelebihan dari carabiner bentuk oval adalah relatif mudah dikaitkan pada piton. carabiner dibagi menjadi dua yaitu yang ada pintunya (screw gate) dan tanpa tutup (non screw gate).

4. Piton (peg, paku tebing)

Terbuat dari bahan metal dalam berbagai bentuk. Berfungsi sebagai pengaman, piton ini ditancapkan pada rekahan tebing. Sebagai kelengkapan untuk memasang atau melepas piton digunakan hammer. Pada umumnya piton dapat digolongkan dalam 4 jenis, yaitu Bongs, Bugaboos, Knife-blades dan Angle. Piton jenis angle, knife-blades, dan bongs biasanya digunakan untuk rekahan horizontal maupun vertikal. Sedangkan yang bugaboos biasanya dibuat khusus untuk horizontal atau vertikal saja.

5. Chock

chock juga berfungsi sebagai alat pengaman (runners). Dibuat dalam beberapa jenis dan ukuran, dapat dibagi menjadi : sling chock, wired chock, dan rope chock. Diantaranya berbentuk hexentric dan foxhead. Chock dibuat dari alumunium alloy sehingga sangat ringan. Cara memasang chock adalah dengan menyangkutkan pada rekahan.

6. Ascendeur

Ascendeur digunakan sebagai alat bantu naik, merupakan perkembangan dari prusik, mudah mendorongnya ke atas tapi dapat menahan beban. Dalam menggunakan ascendeur sebaiknya menggunakan sling terlebih dahulu sebelum disangkutkan pada carabiner.

Ascendeur terbagi menjadi 2 jenis yaitu :

Ø Jumar

Merupakan alat bantu naik pertama, terbuat dari kerangka alumunium dan baja. Alat ini dapat dipakai untuk tali berdiameter 7 - 11 mm dan berkekuatan 1100 pounds. Jumar sendiri dapat dibagi menjadi 3 macam :

· Standard jumar

· Jumar

· Jumar CMI 5000 (ColoradoMountains Industries). Jenis ini mempunyai kekuatan sekitar 5000 pounds dan carabiner dapat langsung disangkutkan pada kerangkanya.

Ø Clog

Alat naik mekanis yang lain, mempunyai prinsip kerja yang sama seperti jumar.

7. Descendeur

Alat ini digunakan turun tebing (abseiling, rapeling). Pada prinsipnya untuk menjaga agar pendaki tidak meluncur bebas. Keuntungan lainnya adalah tubuh tidak tergesek tali, sehingga tidak terasa panas.

Jenis-jenis Descendeur :

Ø Figure of eight

Ø Brake bar

Ø Bobbin (petzl descendeur)
- single rope
- double rope

Ø Modifikasi carabiner (Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar).

8. Etrier (tangga)

Pada Atrificial Climbing, etrier menjadi sangat vital, sehingga tanpa alat ini seorang pendaki akan sulit sekali untuk menambah ketinggian.

9. Harness

Harness sangat menolong untuk menahan tubuh, bila pendaki terjatuh, Juga akan mengurangi rasa sakit dibandingkan bila kita menggunakan tali langsung ke tubuh dengan simpul bowline on a coil.

Macam-macam Harness :

Ø Full body harness

Harness ini melilit di seluruh tubuh, relatif aman dan biasanya dilengkapi dengan sangkutan alat disekeliling pinggang. Sering dipakai di medan salju/es.

Ø Seat harness

Harness ini lebih sering dipakai, mungkin karena tidak begitu mengganggu pendaki dalam bergerak. Seat harness dapat dibuat dari webbing (swami belt) dan diapersling atau dengan menggunakan figure of eight sling.

10. Helm

Bagian tubuh yang paling lemah adalah kepala, sehingga perlu mengenakan helm untuk melindungi dari benturan tebing saat pendaki terjatuh atau bila ada batu yang berjatuhan.

11. Sepatu

Sepatu sangat berpengaruh pada suatu pendakian, ini pun tergantung pada medan yang akan dilalui. Untuk medan batu kapur yang licin dipakai sepatu yang bersol tipis dan rata. Sedangkan untuk medan sand stone (batu pasir) atau medan basah dipakai yang bersol tebal dan bergerigi.

TALI-TEMALI

Tati-temali merupakan pengetahuan dasar penting untuk seorang pendaki. Beberapa simpul yang perlu diketahui adalah:

v Figure of eight knot (simpul delapan)
Paling sering dipakai, mudah dibuat serta melepaskanya setelah mendapat beban. Simpul ini dipakai untuk menyambung tali.

v Water knot (simpul pita)
Sering digunakan untuk menyambung webbing/sling/tali pita, meskipun dalam keadaan basah.

v Bowline
Biasanya dipakai untuk anchor (titik tambat), karena sifatnya yang bila mendapat beban akan semakin mengikat. Bowline terdiri dari :

Ø Basic bowline

Ø Bowline on the bight

v Fisherman’s knot (simpul nelayan)
Simpul ini sangat baik untuk menyambung tali, baik tali dalam keadaan basah ataupun bila dua tali yang disambung berbeda ukuran. Yang biasa digunakan :

Ø Single fisherman’s knot

Ø Double fisherman’s knot

v Sheet bend

v Prusik

v Overhand Loop


sumber : cumfire.wordpress.com